Jumat, 16 Maret 2012

Tentang Ku

12 November
Rasanya seperti mimpi melihat dia yang telah lama pergi tiba-tiba berada di hadapanku dan menjabat tanganku dengan erat. Tidak jauh berbeda dengan dia yang ku lihat pertama kali 3 tahun yang lalu. Rambutnya masih gondrong, kulitnya masih sawo matang dan wajahnya masih tetap menentramkan hati. Sammy, dia telah kembali.
2 Desember
Pertemuan kedua setelah lama tak berjumpa. Malu rasanya memaksa seseorag yang tidak begitu mengenalku untuk datang sekedar mium jus di sebuah warung tenda. Apa lagi menggunakan sahabatnya sendiri sebagai perantara untuk menghubungkan ku dengannya.
Dia datang, dengan senyum tipis yang sudah terekam dalam memoriku sejak 3 tahun yang lalu. Senyum itu mengingatku pada saat pertama kali melihatnya. Dia satu-satunya orang yang sama sekali tidak mempedulikankan kehadiranku. Sikap dingin yang membuatku bukannya merasa benci tapi penasaran. Hanya padanya aku tidak menemukan cara bersikap wajar agar kehadiranku tidak mengalihkan tatapan mata elangnya.
Tadi, dia hanya berada beberapa jengkal di hadapanku. Aku hanya menikmati wajahnya dengan sudut mataku yang tidak bisa menyembunyikan binar bahagia itu. Aku benar-benar menikmatinya.
15 Desember
Karena sebuah pekerjaan, aku mengunjungi kantornya. Ku temukan dia sedang duduk santai di ruang dokumentasi yang dipenuhi oleh file-file. Seperti biasa, aku mengusik semua orang yang ada di sana dan ku cuba beranikan diri untuk mengusiknya juga. Aku menarik ikat rambutya sehingga rambut gondrong nya terurai.
Dia hanya tersenyum, hhhmmm masih dengan senyuman yang itu. Ya Tuhan bisakah aku bersamanya atau memilikinya untuk beberapa saat? Doa yang aneh, doa yang selama 3 tahun ini tidak pernah ku panjatkan karena itu terasa sia-sia. Tapi entah mengapa detik itu terucap begitu saja.
1 Januari
sebuah sms dengan isi yang sangat singkat tertera di hp ku, hanya kata "hai". Tapi kata itu membuat hatiku melambung hingga langit ke tujuh. Aku gak bisa gambarkan perasaanku, yang jelas sabtu ini aku akan ”berkencan” dengannya...horrrrraaaaaayyyyyy....

5 Januari
Pertemuan yang singkat tapi sangat berkesan. Oh my lovely long hair man, tau gak sih kalau kamu itu sweet banget. Tau nggak sih kalau jantungku mau copot saat kamu menatap ku. Tau nggak sih kalau aku terkesima melihat senyummu. Gak mau tau bagaimana caranya, suatu hari kamu harus tau (^_^)
10 Januari
Suaramu seperti pedang tajam yang menebas hatiku. Membuatnya terluka parah dan hampir mati.
Aku benar-benar tak kuasa menahan deburan ombak kekecewaan saat kau menceritakan tentang seortang wanita yang kau cintai dan membuatmu kembali kesini. Ternyata kau kembali untuk seseorang. Sungguh pengorbanan yang sangat besar walaupun akhirnya dia meninggalkanmu. Tapi aku bisa melihat jelas dimatamu bahwa kau begitu mencintainya. Dan entah mengapa hatiku sakit karena itu.
20 Januari
Taukah kau lelaki gondrongku, bahwa sebenarnya aku tidak suka mendengar ceritamu tentang wanita itu. Aku tidak suka melihat raut sedih di wajahmu. Ku mohon menangislah di depanku dan akan ku seka air matamu agar kau tau bahwa kau juga dicintai.
23 Januari
Baru saja kau kembali, tapi sudah harus pergi lagi. Walau tak setiap hari bisa melihatmu, aku merasa sangat senang kau disini. Walau jauh aku yakin selalu mendengar detak jantungmu. Dan mungkin itu tak kan lagi ku dengar jika kau tak disini. Tapi aku tidak punya daya apa-apa untuk menahanmu.
1 Februari
Seharusnya malam ini aku menggoreskan tinta ini dengan senyuman suka ria karena akhirnya kami ”jadian”. Tapi malah sebaliknya, aku menulis dengan linangan air mata karena itu hanyalah pura-pura. Aku berharap ini nyata tapi mungkin inilah cinta, harus dimulai dengan cara apapun semoga kelak dia menjadi milikku seutuhnya. Tuhan, Engkau tau aku begitu mencintainya. Jika aku bisa memilikinya dengan cara seperti ini maka kuatkan aku menjalaninya.

Aku tak kuasa melanjutkan membalik lembaran diary coklat tua itu. Aku tidak sanggup mengetahui isi hati gadis yang selalu tersenyum untukku itu. Alangkah jahatnya aku yang telah mempermainkan gadis lugu yang mencintaiku dengan cara yang tidak ku mengerti.
Setelah kepergianku meninggalkan Maya, kami masih sering berkomunikasi lewat telpon. Tak jarang ia terbangun di tengah malam karena aku ingin mengobrol dengannya tentang Rara, wanita yang ku cinta setengah mati. Dia dengan sabar mendengarkankan semua keluh kesahku. Hanya padanya ku tumpahkan semua, hanya padanya ku luapkan isi hatiku.
Hingga suatu hari aku meminta bantuannya untuk berpura-pura menjadi pacarku agar Rara merasa cemburu. Tadinya aku merasa ide itu sangat gila tapi dia malah setuju. Dia melakukan perannya dengan sangat baik hingga membuat Rara merasa cemburu.
Suatu hari Rara datang padaku dan memohon agar aku meninggalkan Maya. Saat itu dia berkata bahwa ia menyesal telah meninggalkanku. Pada akhirnya dia sadar aku melakukan semua ini untunya, termasuk menyeret Maya ke dalam kisah cinta yang ku anggap palsu.
Dua hari yang lalu, aku kembali ke kota ini untuk menyampaikan kabar gembira. Berkat dia aku dan Rara akan menikah bulan depan.
Tapi, semua sudah terlambat. Aku menemukan Maya terbujur kaku dengan berbagai macam alat kedokteran terpasang di tubuhnya.
Penyumbatan darah ke otak membuatnya koma sejak seminggu yang lalu. Pantas dia tidak pernah lagi mengangkat telponku atau membalas sms ku. Dan itulah yang menjadi alasan mengapa aku datang untuk menyampaikan langsung padanya kabar gembira ini.
Secercah harapan muncul dihatiku saaat melihat matanya terbuka. Ia menatapku dan air mata mengalir di sudut matanya yang sayu. Tidak sepatahkatapun terucap hingga mata itu kembali tertutup untuk selamanya.
***
Tembilahan, 8 Juni 2011



Alone, in my room

Tidak ada komentar:

Posting Komentar